budaya ikut arus masyarakat indonesia
Saat hindu masuk di bumi nusantara berbondong-bondong
pribumi memeluk agama Hindu, saat pedagang china masuk membawa kepercayaannya
di kawasan pertiwi, candi-candi Buda berdiri perkasa di tanah-tanah jawa,
begitupun saat kompeni belanda membawa ajaran Nasrani, gereja ada di mana-mana
(Ambon, Manado, Papua, dll). setelah masuknya Islam, rakyat kita terbanyak
didunia yang memeluk agama Islam. tidak kah terlintas di benak kita, bahwa
masyarakat kita suka ikut-ikutan? mengikuti trend
dan gemar memakia produk bangsa lain?"
Indonesia dengan kekayaan
budayanya adalah modal besar bagi peradaban suatu negara, hampir setiap daerah
di Indonesia memiliki peradaban sendiri-sendiri, memiliki ciri musik
tersendiri, jenis tarian sendiri, dan lai-lain. Beberapa negara mungkin
memeiliki peradaban yang lebih tua, tetapi jarang sekali ada negara yang
memiliki kekayaan budaya seperti Indonesia. ini adalah salah satu keuntungan
karena hobi kita yang selalu manut-manut pada budaya yang datang dari penjuru
dunia. Beberapa negara memperkenalkan identitas bangsanya lewat tarian,
misalnya tari Samba yang sudah di
kenal di seluruh antero dunia berasal dari Brazil dan tidak ada negara yang
berani mencaplok tarian itu, ini di karenakan para pemudanya berusaha menjaga
dan melestarikan tarian itu, bahkan para pemudanya berhasil mempatenkan tarian
itu sebagai warisan kebudayaan dunia lewat sepak bola, penggemar bola mana yang
tak mengenal teknik samba, bahkan salah satu pemain terbaik dunia yang bukan
pribumi Brazil yaitu Cristianno Ronaldo menjadikan teknik ini sebagai primadona
saat mengelabuhi lawannya, padahal kalau dipikir Portugal yang menjadi negara
asal pemain Real Madrid itu adalah bangsa yang lama menjajah Brazil. Kesuksesan
pemeritah brazil dalam memperkenalkan budayanya tidak lepas dari tangan dingin
pemuda-pemudanya. Hal ini seharusnya menjadi teladan untuk pemuda indonesia
agar tidak mudah termanupulasi budayanya dan kemudian menjadikan peluang bagi
bangsa lain untuk dengan mudah mencaplok seenaknya budaya kita.
Pada dasarnya manusia tidaka suka kerumitan, ada sebuah buku
yang pernah mempermasalahkan teori IPA tentang perubahan Fasa yang mebuktikan
bahwa manusia lebih suka terhadap konsep sederhana, berikut kutipannya: “Di
sekolah dasar dalam pelajaran ilmu alam diajarkan bahwa benda padat, contohnya
adalah es, jika dipanaskan akan berubah menjadi cair dalam hal ini air.
Kemudian jika air dipanaskan maka akan menguap menjadi fasa gas, dalam hal ini
uap air. Proses sebaliknya akan berlaku. Proses ini disebut perubahan fasa
(catatan: karena kurikulum sekolah sering berubah, topik perubahan fasa bisa
juga diajarkan di sekolah menengah tergantung pada era pendidikan). Pernahkan
ada yang menyangkal konsep ini? Padahal di dalam kehidupan sehari-hari kita
melihat bahwa telur tidak demikian. Siapapun yang ada di sekolah, baik muridnya
atau gurunya pasti pernah melihat telur yang kalau masih mentah berfasa cair.
Kemudian jika telur mentah yang berfasa cair ini dipanaskan, apakah itu
direbus, akan menjadi telur rebus, atau digoreng akan menjadi telur dadar atau
mata sapi. Baik telur rebus atau telur mata sapi atau telur dadar adalah benda
padat. Dengan kata lain, untuk telur cair (mentah) jika dipanaskan akan menjadi
benda padat, bukan gas. Dan telur matang yang padat itu, jika dipanaskan lagi tidak
mencair melainkan akan hangus. Silahkan coba kalau tidak percaya.” (sumber: Penipu, Penipu Ulung, Politikus dan
Cut Zahara Fonna. 2010. hal.17) hal
sekecil ini membuktikan bahawa sifat dasar manusia itu memang tidak suka dengan
kerumitan, terbukti guru-guru yang mengajari sesuai kurikulum itu dibantah oleh
sebuah telur. Jika berbicara mengenai konsep, ada banyak konsep yang sebenarnya
tidak terlalu berpengaruh terhadap produktifitas manusia yang di terima secara
gamblang oleh Pemuda Indonesia, pemuda indonesia lebih senang dan cinta
terhadap budaya luar seperti Tarian Korea, Mode berpakain Jepang, dan aliran
Music Barat. Fenomena Girl Band dan Boy Band melegitimasi bahwa memang budaya
Korea telah menginfeksi pemuda Indonesia, tidak hanya Nyamuk Cikungunya yang
bisa membuat orang demam, tarian Korea Gan-nam Style yang belum lama ini
menjadi trendding topic di twitter memaksa media-media menamakan fenomena ini
sebagai Demam Korea, dibalik kesenangan pemuda Indonesia, pemerintah Korea
mungkin saja tersenyum bangga karena artis-artisnya laku terjual. Sangat jauh
beda dengan pemuda Brazil, pemuda Indonesia lebih bangga memcahkan rekor dengan
budaya bangsa lain, beberapa pekan lalu di Pantai Losari Kota Makassar ada
ivent yang saya tidak tahu di selenggarakan oleh pemerintah mana, tetapi ivent
itu kalau tidak salah judulnya “Pecahkan Rekor dengan penari Gan-nam Style
terbanyak” sedikit menggelikan sebenarnya, padahal belum lama Orang-orang
Indonesia berusaha memecahkan rekor di amerika serikat dengan pemain angklung
terbanyak, pemecahan rekor itu di usut oleh orang-Indonesia sendiri, sayangnya
yang mengusung orangnya sudah tua. sementara di Indonesia pemudanya mengusung
sendiri pemecahan rekor tetapi alangkah sayangnya memakai budaya bangsa lain.
Tak lepas dari sifatnya manusia adalah mahluk sosial, semua
tingkah laku manusia yang satu akan bersinergi baik secara langsung maupun
tidak langsug kepada manusia lain, hal itulah yang sebenarnya mempengaruhi
mentalitas manusia untuk mengikuti arus dalam perkembangan budaya yang
mengglobal, namun di antaranya ada juga beberapa manusia yang memiliki ciri
tersendiri untuk menghempas gempuran budaya-budaya yang masuk dalam ranah
kehidupannya, yang menjadi permasalahan adalah ketika budaya yang berkembang
menghasilkan sifat paten terhadap manusia (individu atau kelompok) itu sendiri,
sifat paten itu kemudian menjadikan ciri negatif terhadap kelompok manusia,
beberapa waktu lalu di Indonesia kita sangat di hebohkan dengan berita
dibebaskannya Ariel Peterpan dari penjara yang sekarang ini membentuk grup band
dengan personil lama yang bernama Band NOAH, semua kalangan penikmat musik
tanah air menyambut gembira kebebasan vokalis band ternama itu dengan antusias
yang berlebihan, beberapa stasiun tv menghebohkan itu dengan di adakannya
konser-konser musik, contohnya stasiun TV SCTV pada acara Harmony, semua artis
menyanyikan lagu ciptaan vokalis yang terkena kasus pornografi bersama beberapa
artis itu dengan penuh penghayatan, menurut saya kekaguman yang berlebihan itu
merupakan bentuk kesepakatan atas tindakan yang dilakukan oleh artis porno itu.
Sifat kesosialan pemuda yang satu tidak menentu memberikan dampaka yang baik
bagi pemuda lainnya, saling mempengaruhi baik dari segi kegemaran dan
kepedulian akan memberikan kesan berbeda, mencoba mengutip beberapa tulisan
dari Imam Semar pada buku Penipu, Penipu
Ulung, Politikus dan Cut Zahara Fonna tentang Menetalitas ikut Arus “Di dekade
70an, rambut gondrong (panjang) bagi para pemuda bermuculan, banyak dan
menjamur. Semua band, penyanyi dan artis pria berambut panjang. Mode dandanan
waktu itu adalah, kaos T-shirt, celana jean cut-brai dan rambut panjang.
Mahasiswa, pelajar, pemuda pengangguran, semuanya berpakaian seperti itu. Kalau
anak-anak muda ini ditanya kenapa mereka berambut panjang. Jawab mereka hampir
sama: “Mau lain dari yang lain”. Kalau mereka mau lain dari yang lain,
seharusnya mereka pakai dasi dan jas, serta berambut pendek. Bukan berkaos
T-shirt. Yang mereka lakukan sebenarnya kebalikannya, yaitu: mau sama dengan
yang lain. Ada kecenderungan yang dipunyai manusia untuk terjun mengikuti arus
trend massa; seperti layaknya kumpulan ternak, kijang gazzel, zebra, dan hewan
mangsa lainnya di Afrika, atau ikan sardin dan ikan mangsa lainnya, ketika
dikejar predator pemangsa. Apakah ini hanya sekedar insting untuk menyelamatkan
diri dari pemangsa? Anehnya, kumpulan hewan mangsa ketika ujung tombak
terdepannya mengarah kedalam jurang dan terjun, maka yang lain pun bisa ikut.”
Mungkin hal itulah yang menyeabkan tarian korea lebih digemari di Indonesia
ketimbang dengan poco-poco asal manado asli Indonesia, di mulai dari beberapa
orang yang simpati kemudian membentuk kelompok sehinhingga mempengaruhi
kelompok-kelompok lain yang notabenenya hanya ingin terlihat Uptudate. Fenomena
Girl dan Boy Band, Noah Band dan Gam-nam Style
seharusnya menjadi pelajaran untuk menjadikan kita lebih berhati-hati
memilih obsesi agar kita tidak mudah terjebak dalam propaganda-propaganda
tertentu yang akan membinasahkan kebudayan yang telah dijaga dan diwariskan
nenek moyang kita sejak dulu.
Oleh:
Muh. Frit Ode Kamaru